tio the adventure
GILA, mungkin kata
yang cocok untuk orang yang duduk sebangku
dengan saya di sekolah yang banyak memiliki orang-orang jenius ini. Mengapa
tidak, setiap hari dia bertingkah laku aneh. Terurutama hobinya mengumpulkan
berita-berita kriminal dan gayanya lagaknya seorang detektif. Dia juga nampak
seperti seorang idiot. Dialah sahabatku yang bernama TIO.
TIO adalah
seorang pelajar dengan penggambaran berkulit sawo matang, kurus dan tinggi. Aku
terkadang teringat dengan tiang listrik saat melihat badanya. Tetapi dia adalah
teman yang menyenangkan untuk berkomunikasi.
Carita ini
dimulai saat kami sedang beristirahat, seperti anak sekolah pada umumnya. Kami
menghabiskan waktu istirahat untuk mengisi perut ini yang seakan selalu
menari-nari saat kami berada di ruang kelas. Di sana aku melihat amelia sedang
terlihat sedang marah entah dengan siapa. Mungkin itu adalah masalah yang
selalu dialami oleh remaja apalagi kalau bukan masalah percintaan. Masalah
sepele yang dapat menghilangkan akal sehat manusia.
“ini pasti ada suatu kasus, percaya padaku dokter,” ujar
Tio. Ya dia selalu memanggil aku dengan kata dokter, bukan karena cita-cita ku.
Tetapi dia menganggap aku sebagai rekanya dalam tokoh fiksi SHERLOCK HOLMES.
Aku pernah melihat koleksi bukunya.
“mulai lagi anak ini.” Pikirku. Entah cara berpikir
seperti apa yang di gunakan oleh sahabtku ini.
Kami berdua
kembali ke kelas, salah satu waktu yang paling aku suka saat belajar kimia.
Sungguh pelajaran yang memberikan adrenalin tersendiri bagiku. Aku sangat senang saat menghafal unsur
periodik, aku memiliki metode sendiri dalam hal ini.
“TETT,,TETT,,TETT,,” suara bel pulang berbunyi
“yess”, ya mungkin kata itu serempak berbunyi di seluruh
sma ini.
Kami berdua pulang, hari ini aku akan pergi bersama tio
untuk membeli video game. Tio memperhatikan Amelia yang kembali pergi kekelas.
“dicky, mengapa amel kembali kekelas?”Tanya tio
“entah,,,” jawabku
“ayo kita susul !”
“sudah tidak ada waktu lagi, nanti tokonya keburu tutup.”
Matahari pagi mulai menampakan cahanya, namun mataku
masih terasa berat. Akupun kembali
tidur.
“assalamualaikum,,, dokter dicky ayo berangkat ini sudah
jam berapa?”
Suara itu sepertinya aku kenal, aku mengintip di jendela
ternyata orang itu, siapa lagi kalau bukan tio. Aku bangun dengan rasa kesal.
“woi, ini masih jam berapa? Ini masih pagi!” ocehku.
“sudahlah ini penting kita harus segera berangkat”
Yeah mau tidak mau aku berangkat. Hari masih begitu pagi
dan suasana disekolah masih sepi. Bahkan yang datang pun masih bisa dihitung
dengan jari. . Aku baru menyadari suasana kelas di pagi hari ternyata dapat
meninggalkan kesan dengan embun yang masih pekat menghalangi. Kami memasuki halaman sekolah dan menuju
kelas dan pada saat itu kami mendengar suara jeritan yang tepat berjarak satu
kelas dari kelas kami pengelihatan.
“waaaa, tolong!!!”
“ada suara minta tolong” ujar tio
“sepertinya dari kelas Amelia” jawabku, namun saat aku
menoleh tio sudah tidak ada di belakangku. Akupun menyusul dan aku begitu
terkejut ternyata dikelas ini ada mayat dan mayat itu adalah Amelia. Dia bunuh
diri dengan menggantungkan tubuhnya. Tidak lama kemudian Banyak orang yang
berkerumum di tempat ini.
Amelia bunuh diri, tidak ada alasan baginya
untuk melakuakn hal sperti itu. Hidupnya beruntung karena dia berasal dari
orang yang berada, kedua orang tuanya pun sangat menyayanginya. Walaupun
mungkin sifatnya yang membuat orang menjadi sakit hati. Dia keras kepala,
angkuh dan sombong, walaupun kesombonganya itu pantas ada pada dirinya. Aku
melihat wajahnya yang cantik kini tampak menyedihkan.
“ini adalah bunuh diri” ujar penjaga sekolah.
“bukan” tio menjawab.
“apa maksudmu bukan? Sudah jelas dia gantung diri.”
Sangga salah satu orang yang melihat.
“ini adalah motif tersangka pembunuhan. Apakah tidak aneh
bunuh diri dengan menggunakan topi? Coba buka topinya!” tio
Saat topi itu terbuka ternyata benar ada bekas tusukan
benda tajam seperti paku. Sungguh mengerikan luka itu begitu dalam seakan telah
menembus tulang lehernya. Bulu kuduku berdiri melihat kejadian ini dan aku
hamper tak bisa menahan air mataku. Aku tau dia bukan siapa-siapa bagiku, namun
aku membayangkan bagaimana orng tuanya akan menerima kenyataan yang menimpa
anak tunggalnya.
“cepat panggil polisi” teriak sang guru. Darah korban membeku
dari leher bagian belakang.
“dari keadaan darah dari si korban, pembunuhan terjadi
sekitar kemarin sore. Dari bekas lukanya
Pembunuh melakukanya dengan paku. Lalu membuat seolah-olah kasus ini adalah
bunuh diri.” Jawab tio dengan dingin. Aku melihat dengan jelas konsentrasi tio,
aku baru menyadari potensi tio yang memang benar-benar nyata.
Polisi mulai
datang dan membubarkan kerumunan, hanya beberapa saksi yang bisa masuk kedalam
untuk di introgasi. Entah bagaimana caranya tio masuk kedalam ruangan itu.
Kami semua dipulangkan lebih cepat dari biasanya, aku
mengajak tio untuk pulang tapi dia tak mau aku paksa. “dokter aku tidak akan
pulang sebelum kasus ini dapat aku pecahkan, dan aku berjanji akan dapat
memecahkan kasus ini. Aku akan membuktikanya.” Kata tio.
“baiklah aku tak dapat memaksamu.” Jawabku
Sersan arman,ya dia adalah yang bertanggung jawab dengan
kasus ini. Dia sering dipercayakan dalam menangani kasus pembunuhan. “ambil
sampel darahnya!” ujarnya.
“rambut, ada gumpalan rambut di dekat sang korban. Ini
pasti rambut sang tersangka. Aku akan mengambilnya untu barang bukti.” Kembali
sersan. Rambut itu berwarna agak pirang dan keriting. Jadi sersan menyimpulkan
tersangka berambut keriting dan panjang, itu berarti tersangka adalah wanita.
“ma’af pak, apa tidak janggal jika seorang wanita mampu
mengangkat wanita yang lumayan berisi ini” kata salah satu anak buahnya.
Tio diam membisu, tapi pikiranya melayang entah kemana.
Apa dia mengetahui motif tersangka? Tapi kurasa tidak.
Hari sudah semakin senja, penyelidikan akan di lanjutkan
besok dan tim forensic akan meneliti rambut itu dan sidik jari yang ada pada
korban.
Pagi ini aku semangat untuk menyaksikan para polisi yang
akan kembali menyelidiki kasus itu. Aku juga penasaran dengan reaksi yang
terjadi pada diri tio. Aku mencarinya, tetapi tetap tidak juga terlihat batang
hidungnya.
“bay, kau tau dimana tio sekarang?” Tanya aku kepada
temanku.
“entah”jawabnya, jawaban yang tidak menyenangkan.
Polisi telah menyelidiki terhadap teman dekat korban dan
hasilnya polisi memiliki daftar orang yang diduga sang tersangka.
Andini ( teman korban, namun akhir-akhir ini sering
berselisih)
Elsi ( saingan korban dalam menjadi perwakilan sekolah,
dia memiliki ciri-ciri berambut pirang yang sedikit keriting.)
Fika ( dia adalah mantan rio yang sekarang menjadi pacar
korban. Dia atlet wanita disekolah ini yang mungkin kuat untuk mengangkat korban..)
Saat kejadian mereka sama-sama tak punya
alibi. Saat pulang sekolah andini cepat pulang sekolah karena dia harus pergi
latihan tewkondo, namun pelatihnya saat diintrogasi mengatakan bahwa andini
tidak datang latihan. Elsi sepulang sekolah dia langsung pulang, dan tidak ada
yang melihatnya. Fika dia tidak masuk sekolah, namun saat orang tuanya di
introgasi mengatakan bahwa fika sebenarnya sekolah.
Mereka semua
memberi alasan yang malah membingungkan polisi. sidik jari mereka berempat pun
tidak ada yang menempel pada korban.
“aku jadi ragu seorang anak dapat membuat sebuah criminal serapi ini, jangan-jangan,,,,” kata sersan.
“jangan-jangan apa pak? Tolong jangan buat aku menjadi bingung.” Ujar ayah korban.
“tidak pak, tenang aku akan memecahkan kasus ini sampai ke akar-akarnya.”
“aku akan bayar sebesar apapun, asalkan pelaku dapat ditemukan.”
Apa motif
tersangka saja belum diketahui, saya rasa kasus ini tidak berjalan sama sekali.
Tetapi sudah ada isu bahwa pelakunya adalah elsi, karena dari daftar yang
dicurigai yang memiliki rambut pirang hanya dia.
“pak budi, saya berani bersumpah bahwa bukan saya yang membunuh,” protes elsi kepada guru yang ikut membantu polisi.
“tenanglah nak, polisi belum menetapkan tersangkanya”
Wajah sedih dari elsi, di mengcurkan air mata dan tampak
wajah ketakutan yang dia pancarkan. Polisi mengamati wajah yang begitu
ketakutan dari dirinya. Itu membuat dia nampak mencurigakan.
“sersan, kami menemukan sidik jari elsi ada pada bagian pipi korban”bisik seorang polisi.
“kasus terpecahkan” sang sersan seolah mengaum, seluruh
suasana hening dan mencekam.
“hey nak, apa yang kau lakukan terhadap Amelia?” tenya
sersan kepada elsi.
Elsi gemetar
tak sanggup menjawab seluruh wajahnya pucat, dia berlari dan polisi mengejarnya
namun bu ami berhasil menangkapnya dan dibelakang bu ami ada seorang laki-laki
yang berwajah pucat karena kurang tidur. Dan ternyata pria itu adalah sahabatku
TIO. Dia tampak begitu kelelahan, tapi mengapa dia bisa bersama bu ami.
“lepaskan aku bu, sumpah aku bukan pembunuhnya!” berontak
elsi
“tenang nak, ibu tau apa yang terjadi. Sebaiknya kau
ceritakan mengapa ada sidik jari mu ada di pipi Amelia” kata bu ami.
“kemarin aku sempat menampar pipi Amelia karana dia
mengejeku, tapi bukan aku yang membunuhnya.” Jawab elsi dengan gemetar.
“tio sekarang tolong kamu jelsakan apa yang kamu
ketahui.” Perintah bu ami kepada tio.
“bu ami, anda jangan main-main dengan kasus ini. Kau kira
siapa anak ini?” sanggah sersan.
“tenang sersan, beri dia kesempatan. Tio cepat.”
“bagaimana bisa dia memecahkan kasus ini, yang bahkan
polisi saja tidak sanggup”
“ma’af pak, jangan mengukur talenta seseorang dari umur.
Sebenarnya kasus ini benar-benar simple. Tetapi kalian terlalu jauh mengambil
langkah. Dalam sebuah penyelidikan kasus pembunuhan yang harus kalian lakukan
adalah senjata pelaku. Itu yang aku ketahui dari apa yang aku baca.” Kata tio.
Lalu dia bejalan menuju taman bunga.
“apa yang kau lakukan?” tenya sersan
Tio menggali salah satu penyangga dan memberikan sebuah
photo penyangga pagar itu kepada polisi.
“kau mempermainkan kami nak.”
“tolong bapak perhatiakan gambar tiang yang sebelah
kanan, tanahnya terlihat lebih gembur dan sebaliknya di sebelah kiri tanahnya
cukup padat. Aku yakin tiang sebelah kiri itu sudah penah dicabut dan kembali
ditancapkan yang kemudian dipadatkan agar bisa tertancap. Sebenarnya hal itu
malah mudah diketahui karena tiang yang sudah lama tertancap akan terlihat
tidak kokoh. Bukan begitu pak?” polisi tercengang.
Kemudian tio mencabut tiang itu dan terlihat ada paku
yang menancap pada ujung tiang itu dan bercak darah. Semua orang tercengang.
“tersangka sudah menghilangkan sidik jari yang ada pada
korban dengan bantuan alam. Senjata pelaku sudah diketahui, sekarang tinggal
bagaimana cara pelaku melakukan aksinya.”
Aku
benar-benar tidak percaya bahwa teman ku yang idiot ini sebenarnya seorang
jenius. Ternyata kata-katanya selama ini bukan main-main. Aku jadi menyesal
karena selama ini telah mengecewakanya. Dia adalah teman yang begitu baik.
“pelakunya adalah elsi” keras kepala sang sersan.
“jangan gegabah pak, tersangka sengaja membuat ini supaya
bisa mengundur waktu. Dan dia akan aman di luar sana. Kemarin aku jalan-jalan
mengelilingi kota ini dan mendapat satu bukti.”
“apa itu?” Tanya ayah korban.
“salon ya aku pergi kesalon dan mendapat apa yang aku
inginkan. Tolong dengarkan keterangan ini.”
Tio memperdengarkan sebuah rekaman yang berisi:
“Ya
sekitar dua hari yang lalu ada seorang anak gadis yang meminta gumpalan rambut
keriting berwarna pirang kepadaku dan aku pun langsung menyuruhnya untuk
mengambilnya.”
“itu adalah keterangan yang aku dapatkan, itu berarti
tersangka sengaja mencari kambing hitam. Lagian apa kalian tidak curiga dengan
rambut tersangka yang rontok begitu banyak. Walaupun rontok pastilah hanya
berupa helaian.”
“kau benar nak. Sekarang bagaimana pelaku melakukanya?”
“pelaku melakukanya, coba kalian perhatikan posisi tali
itu. Agar mudah mengangkat korban, pelaku menggunakan system katrol.
Pelaku lebih dulu mengikat tali pada
korban lalu tali pada ujung lainya di masukan kedalam fentilasi ruangan, dengan
itu pelaku tinggal menarik tali dan kemudian mengikatnya. Bukankah itu cara
yang simple?”
“tapi,,,,”
“aku tau maksudmu, kau ingin menanyakan motif tersangka
bukan?”
“iya” sersan mengangguk malu
“motif tersangka sebenarnya karena dendam. Tersangka
dendam karena dia dan keluarganya di usir oleh ibu pelaku yang bukan lain ialah
pemilik kontrakan. Oleh karena sering di hina, pelaku ingin membalas sakit hati
keluarganya,,,”
“cukup tio, tidak usah kau perjelas. Aku mengakui
kesalahanku dan aku siap menerima konsekuensinya.” Jawab andini.
“andini apa maksudmu?”Tanya bu ami
“iya bu aku membunuhnya, apa yang dikatakan oleh tio
semua benar”
Kisah ini
berakhir, andini di tahan oleh polisi. aku sebenarnya merasakan iba terhadap
peristiwa yang dialaminya. Orang tuanya bukanlah orang kaya, ia bersekolah
dengan mengandalkan beasiswa dari talentanya. Dia adalah orang yang baik,
lembut dan aku tidak percaya bahwa dibalik sifatnya itu tersimpan api yang begitu
besar sampai dia pun tidak bisa menahanya lagi.
Berbeda dengan
sahabatku ini, dia yang dulu dianggap oleh semua orang sebagai idiot kini dia
menjadi seorang jenius yang telah memberi sebuah kejutan kepada banyak orang.
sifatnya yang tidak peduli dengan hinaan orang lain, dia tetap saja yakin
dengan apa yang sebenarnya menjadi
haknya.
Jangan pernah remehkan kemampuanmu,
karena sebenarnya di dalam dirimu
tersimpan bakat yangbesar.
Terus gali potensimu tanpa memeperdulikan
Hinaan dan makian orang di sekitarmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar