URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/monkey-ani.gif kelompok6 ipa 1: TIO THE ADVENTURE BY joko prasetio
Powered By Blogger

Kamis, 01 November 2012

TIO THE ADVENTURE BY joko prasetio



tio the adventure  

 

  
       GILA, mungkin kata yang cocok untuk  orang yang duduk sebangku dengan saya di sekolah yang banyak memiliki orang-orang jenius ini. Mengapa tidak, setiap hari dia bertingkah laku aneh. Terurutama hobinya mengumpulkan berita-berita kriminal dan gayanya lagaknya seorang detektif. Dia juga nampak seperti seorang idiot. Dialah sahabatku yang bernama TIO.
     
      TIO adalah seorang pelajar dengan penggambaran berkulit sawo matang, kurus dan tinggi. Aku terkadang teringat dengan tiang listrik saat melihat badanya. Tetapi dia adalah teman yang menyenangkan untuk berkomunikasi.
  
     Carita ini dimulai saat kami sedang beristirahat, seperti anak sekolah pada umumnya. Kami menghabiskan waktu istirahat untuk mengisi perut ini yang seakan selalu menari-nari saat kami berada di ruang kelas. Di sana aku melihat amelia sedang terlihat sedang marah entah dengan siapa. Mungkin itu adalah masalah yang selalu dialami oleh remaja apalagi kalau bukan masalah percintaan. Masalah sepele yang dapat menghilangkan akal sehat manusia.

“ini pasti ada suatu kasus, percaya padaku dokter,” ujar Tio. Ya dia selalu memanggil aku dengan kata dokter, bukan karena cita-cita ku. Tetapi dia menganggap aku sebagai rekanya dalam tokoh fiksi SHERLOCK HOLMES. Aku pernah melihat koleksi bukunya.

“mulai lagi anak ini.” Pikirku. Entah cara berpikir seperti apa yang di gunakan oleh sahabtku ini.

 Kami berdua kembali ke kelas, salah satu waktu yang paling aku suka saat belajar kimia. Sungguh pelajaran yang memberikan adrenalin tersendiri  bagiku. Aku sangat senang saat menghafal unsur periodik, aku memiliki metode sendiri dalam hal ini.

“TETT,,TETT,,TETT,,” suara bel pulang berbunyi

“yess”, ya mungkin kata itu serempak berbunyi di seluruh sma ini.
Kami berdua pulang, hari ini aku akan pergi bersama tio untuk membeli video game. Tio memperhatikan Amelia yang kembali pergi kekelas.

“dicky, mengapa amel kembali kekelas?”Tanya tio

“entah,,,” jawabku

“ayo kita susul !”

“sudah tidak ada waktu lagi, nanti tokonya keburu tutup.”


Matahari pagi mulai menampakan cahanya, namun mataku masih terasa berat. Akupun  kembali tidur.

“assalamualaikum,,, dokter dicky ayo berangkat ini sudah jam berapa?”
Suara itu sepertinya aku kenal, aku mengintip di jendela ternyata orang itu, siapa lagi kalau bukan tio. Aku bangun dengan rasa kesal.

“woi, ini masih jam berapa? Ini masih pagi!” ocehku.

“sudahlah ini penting kita harus segera berangkat”

      Yeah mau tidak mau aku berangkat. Hari masih begitu pagi dan suasana disekolah masih sepi. Bahkan yang datang pun masih bisa dihitung dengan jari. . Aku baru menyadari suasana kelas di pagi hari ternyata dapat meninggalkan kesan dengan embun yang masih pekat menghalangi.  Kami memasuki halaman sekolah dan menuju kelas dan pada saat itu kami mendengar suara jeritan yang tepat berjarak satu kelas dari kelas kami pengelihatan.

“waaaa, tolong!!!”

“ada suara minta tolong” ujar tio

“sepertinya dari kelas Amelia” jawabku, namun saat aku menoleh tio sudah tidak ada di belakangku. Akupun menyusul dan aku begitu terkejut ternyata dikelas ini ada mayat dan mayat itu adalah Amelia. Dia bunuh diri dengan menggantungkan tubuhnya. Tidak lama kemudian Banyak orang yang berkerumum di tempat ini.

      Amelia bunuh diri, tidak ada alasan baginya untuk melakuakn hal sperti itu. Hidupnya beruntung karena dia berasal dari orang yang berada, kedua orang tuanya pun sangat menyayanginya. Walaupun mungkin sifatnya yang membuat orang menjadi sakit hati. Dia keras kepala, angkuh dan sombong, walaupun kesombonganya itu pantas ada pada dirinya. Aku melihat wajahnya yang cantik kini tampak menyedihkan.

“ini adalah bunuh diri” ujar penjaga sekolah.

“bukan” tio menjawab.

“apa maksudmu bukan? Sudah jelas dia gantung diri.” Sangga salah satu orang yang melihat.

“ini adalah motif tersangka pembunuhan. Apakah tidak aneh bunuh diri dengan menggunakan topi? Coba buka topinya!” tio

       Saat topi itu terbuka ternyata benar ada bekas tusukan benda tajam seperti paku. Sungguh mengerikan luka itu begitu dalam seakan telah menembus tulang lehernya. Bulu kuduku berdiri melihat kejadian ini dan aku hamper tak bisa menahan air mataku. Aku tau dia bukan siapa-siapa bagiku, namun aku membayangkan bagaimana orng tuanya akan menerima kenyataan yang menimpa anak tunggalnya.

“cepat panggil polisi” teriak sang guru. Darah korban membeku dari leher bagian belakang.

“dari keadaan darah dari si korban, pembunuhan terjadi sekitar kemarin sore.  Dari bekas lukanya Pembunuh melakukanya dengan paku. Lalu membuat seolah-olah kasus ini adalah bunuh diri.” Jawab tio dengan dingin. Aku melihat dengan jelas konsentrasi tio, aku baru menyadari potensi tio yang memang benar-benar nyata.

   Polisi mulai datang dan membubarkan kerumunan, hanya beberapa saksi yang bisa masuk kedalam untuk di introgasi. Entah bagaimana caranya tio masuk kedalam ruangan itu.
Kami semua dipulangkan lebih cepat dari biasanya, aku mengajak tio untuk pulang tapi dia tak mau aku paksa. “dokter aku tidak akan pulang sebelum kasus ini dapat aku pecahkan, dan aku berjanji akan dapat memecahkan kasus ini. Aku akan membuktikanya.” Kata tio.

“baiklah aku tak dapat memaksamu.” Jawabku
Sersan arman,ya dia adalah yang bertanggung jawab dengan kasus ini. Dia sering dipercayakan dalam menangani kasus pembunuhan. “ambil sampel darahnya!” ujarnya.

“rambut, ada gumpalan rambut di dekat sang korban. Ini pasti rambut sang tersangka. Aku akan mengambilnya untu barang bukti.” Kembali sersan. Rambut itu berwarna agak pirang dan keriting. Jadi sersan menyimpulkan tersangka berambut keriting dan panjang, itu berarti tersangka adalah wanita.

“ma’af pak, apa tidak janggal jika seorang wanita mampu mengangkat wanita yang lumayan berisi ini” kata salah satu anak buahnya.

    Tio diam membisu, tapi pikiranya melayang entah kemana. Apa dia mengetahui motif tersangka? Tapi kurasa tidak.

 Hari sudah semakin senja, penyelidikan akan di lanjutkan besok dan tim forensic akan meneliti rambut itu dan sidik jari yang ada pada korban.



     Pagi ini aku semangat untuk menyaksikan para polisi yang akan kembali menyelidiki kasus itu. Aku juga penasaran dengan reaksi yang terjadi pada diri tio. Aku mencarinya, tetapi tetap tidak juga terlihat batang hidungnya.

“bay, kau tau dimana tio sekarang?” Tanya aku kepada temanku.

“entah”jawabnya, jawaban yang tidak menyenangkan.

Polisi telah menyelidiki terhadap teman dekat korban dan hasilnya polisi memiliki daftar orang yang diduga sang tersangka.

Andini ( teman korban, namun akhir-akhir ini sering berselisih)
Elsi ( saingan korban dalam menjadi perwakilan sekolah, dia memiliki ciri-ciri berambut pirang  yang sedikit keriting.)
Fika ( dia adalah mantan rio yang sekarang menjadi pacar korban. Dia atlet wanita disekolah ini yang mungkin kuat untuk mengangkat  korban..)
 
     Saat kejadian mereka sama-sama tak punya alibi. Saat pulang sekolah andini cepat pulang sekolah karena dia harus pergi latihan tewkondo, namun pelatihnya saat diintrogasi mengatakan bahwa andini tidak datang latihan. Elsi sepulang sekolah dia langsung pulang, dan tidak ada yang melihatnya. Fika dia tidak masuk sekolah, namun saat orang tuanya di introgasi mengatakan bahwa fika sebenarnya sekolah.
    
Mereka semua memberi alasan yang malah membingungkan polisi. sidik jari mereka berempat pun tidak ada yang menempel pada korban.

“aku jadi ragu seorang anak dapat membuat sebuah criminal serapi ini, jangan-jangan,,,,” kata sersan.

“jangan-jangan apa pak? Tolong jangan buat aku menjadi bingung.” Ujar ayah korban.

“tidak pak, tenang aku akan memecahkan kasus ini sampai ke akar-akarnya.”

“aku akan bayar sebesar apapun, asalkan pelaku dapat ditemukan.”

    Apa motif tersangka saja belum diketahui, saya rasa kasus ini tidak berjalan sama sekali. Tetapi sudah ada isu bahwa pelakunya adalah elsi, karena dari daftar yang dicurigai yang memiliki rambut pirang hanya dia.

“pak budi, saya berani bersumpah bahwa bukan saya yang membunuh,” protes elsi kepada guru yang ikut membantu polisi.

“tenanglah nak, polisi belum menetapkan tersangkanya”
Wajah sedih dari elsi, di mengcurkan air mata dan tampak wajah ketakutan yang dia pancarkan. Polisi mengamati wajah yang begitu ketakutan dari dirinya. Itu membuat dia nampak mencurigakan.

“sersan, kami menemukan sidik jari elsi ada pada bagian pipi korban”bisik seorang polisi.
“kasus terpecahkan” sang sersan seolah mengaum, seluruh suasana hening dan mencekam.
“hey nak, apa yang kau lakukan terhadap Amelia?” tenya sersan kepada elsi.
    Elsi gemetar tak sanggup menjawab seluruh wajahnya pucat, dia berlari dan polisi mengejarnya namun bu ami berhasil menangkapnya dan dibelakang bu ami ada seorang laki-laki yang berwajah pucat karena kurang tidur. Dan ternyata pria itu adalah sahabatku TIO. Dia tampak begitu kelelahan, tapi mengapa dia bisa bersama bu ami.


“lepaskan aku bu, sumpah aku bukan pembunuhnya!” berontak elsi
“tenang nak, ibu tau apa yang terjadi. Sebaiknya kau ceritakan mengapa ada sidik jari mu ada di pipi Amelia” kata bu ami.
“kemarin aku sempat menampar pipi Amelia karana dia mengejeku, tapi bukan aku yang membunuhnya.” Jawab elsi dengan gemetar.
“tio sekarang tolong kamu jelsakan apa yang kamu ketahui.” Perintah bu ami kepada tio.
“bu ami, anda jangan main-main dengan kasus ini. Kau kira siapa anak ini?” sanggah sersan.
“tenang sersan, beri dia kesempatan. Tio cepat.”
“bagaimana bisa dia memecahkan kasus ini, yang bahkan polisi saja tidak sanggup”
“ma’af pak, jangan mengukur talenta seseorang dari umur. Sebenarnya kasus ini benar-benar simple. Tetapi kalian terlalu jauh mengambil langkah. Dalam sebuah penyelidikan kasus pembunuhan yang harus kalian lakukan adalah senjata pelaku. Itu yang aku ketahui dari apa yang aku baca.” Kata tio. Lalu dia bejalan menuju taman bunga.
“apa yang kau lakukan?” tenya sersan
Tio menggali salah satu penyangga dan memberikan sebuah photo penyangga pagar itu kepada polisi.
“kau mempermainkan kami nak.”
“tolong bapak perhatiakan gambar tiang yang sebelah kanan, tanahnya terlihat lebih gembur dan sebaliknya di sebelah kiri tanahnya cukup padat. Aku yakin tiang sebelah kiri itu sudah penah dicabut dan kembali ditancapkan yang kemudian dipadatkan agar bisa tertancap. Sebenarnya hal itu malah mudah diketahui karena tiang yang sudah lama tertancap akan terlihat tidak kokoh. Bukan begitu pak?” polisi tercengang.
Kemudian tio mencabut tiang itu dan terlihat ada paku yang menancap pada ujung tiang itu dan bercak darah. Semua orang tercengang.
“tersangka sudah menghilangkan sidik jari yang ada pada korban dengan bantuan alam. Senjata pelaku sudah diketahui, sekarang tinggal bagaimana cara pelaku melakukan aksinya.”
     Aku benar-benar tidak percaya bahwa teman ku yang idiot ini sebenarnya seorang jenius. Ternyata kata-katanya selama ini bukan main-main. Aku jadi menyesal karena selama ini telah mengecewakanya. Dia adalah teman yang begitu baik.
“pelakunya adalah elsi” keras kepala sang sersan.
“jangan gegabah pak, tersangka sengaja membuat ini supaya bisa mengundur waktu. Dan dia akan aman di luar sana. Kemarin aku jalan-jalan mengelilingi kota ini dan mendapat satu bukti.”
“apa itu?” Tanya ayah korban.
“salon ya aku pergi kesalon dan mendapat apa yang aku inginkan. Tolong dengarkan keterangan ini.”

Tio memperdengarkan sebuah rekaman yang berisi:
“Ya sekitar dua hari yang lalu ada seorang anak gadis yang meminta gumpalan rambut keriting berwarna pirang kepadaku dan aku pun langsung menyuruhnya untuk mengambilnya.”
“itu adalah keterangan yang aku dapatkan, itu berarti tersangka sengaja mencari kambing hitam. Lagian apa kalian tidak curiga dengan rambut tersangka yang rontok begitu banyak. Walaupun rontok pastilah hanya berupa helaian.”
“kau benar nak. Sekarang bagaimana pelaku melakukanya?”
“pelaku melakukanya, coba kalian perhatikan posisi tali itu. Agar mudah mengangkat korban, pelaku menggunakan system katrol. Pelaku  lebih dulu mengikat tali pada korban lalu tali pada ujung lainya di masukan kedalam fentilasi ruangan, dengan itu pelaku tinggal menarik tali dan kemudian mengikatnya. Bukankah itu cara yang simple?”
“tapi,,,,”
“aku tau maksudmu, kau ingin menanyakan motif tersangka bukan?”
“iya” sersan mengangguk malu
“motif tersangka sebenarnya karena dendam. Tersangka dendam karena dia dan keluarganya di usir oleh ibu pelaku yang bukan lain ialah pemilik kontrakan. Oleh karena sering di hina, pelaku ingin membalas sakit hati keluarganya,,,”
“cukup tio, tidak usah kau perjelas. Aku mengakui kesalahanku dan aku siap menerima konsekuensinya.” Jawab  andini.
“andini apa maksudmu?”Tanya bu ami
“iya bu aku membunuhnya, apa yang dikatakan oleh tio semua benar”

    Kisah ini berakhir, andini di tahan oleh polisi. aku sebenarnya merasakan iba terhadap peristiwa yang dialaminya. Orang tuanya bukanlah orang kaya, ia bersekolah dengan mengandalkan beasiswa dari talentanya. Dia adalah orang yang baik, lembut dan aku tidak percaya bahwa dibalik sifatnya itu tersimpan api yang begitu besar sampai dia pun tidak bisa menahanya lagi.
   Berbeda dengan sahabatku ini, dia yang dulu dianggap oleh semua orang sebagai idiot kini dia menjadi seorang jenius yang telah memberi sebuah kejutan kepada banyak orang. sifatnya yang tidak peduli dengan hinaan orang lain, dia tetap saja yakin dengan apa yang sebenarnya menjadi  haknya.





Jangan pernah remehkan kemampuanmu,
karena sebenarnya di dalam dirimu
tersimpan bakat yangbesar.
Terus gali potensimu tanpa  memeperdulikan
Hinaan dan makian orang di sekitarmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar