“Ini bukan perang, ini pembunuhan!” ujar Chomsky dosen linguistik MIT ketika melihat serangan Israel terhadap Palestina. (Koran Sindo, Minggu, 18 Nov 2012).
Total update korban dalam agresi Israel
dalam beberapa hari terakhir ini berdampak pada tumbangnya korban: 162
orang dari Palestina, dan 5 orang dari Israel.
Anehnya, presiden Obama seperti mengalami penurunan IQ karena ngawur
menjelaskan makna dari “self-defence”. Ia setuju bahwa Israel bertindak
demikian dalam rangka “self-defence”. Nenek-nenek yang udah mau qoid
aja mungkin tahu artinya “self-defence” (bela diri) itu apa dan kapan
munculnya.
Seperti yang dimuat di Koran Sindo,
Minggu 18 Nov 2012, analisa yang berkembang bahwa agresi brutal ini
disinyalir sebagai agenda pemilu Netanyahu yang posisinya lemah secara
politik. Jadi, menyerang Palestina ini adalah tindakan populer secara
politis. Jika ini benar, maka sungguh terlalu! Demi citra dan dukungan
politik di Januari 2013, dia kerahkan tenaga untuk bunuh negara
tetangga, agar kelihatan hebat, kuat, keren, dan berwibawa. Sungguh
sakit jiwa!
Ada juga analisa yang mengatakan bahwa
ini cara Israel untuk mengurangi concern Palestina untuk diakui jadi
negara anggota PBB yang rencananya akan diumumkan tgl 29 November 2012.
Jadi, serangan ini untuk memecah konsentrasi dan tenaga pemimpin
Palestina.
Teman Palestina
Saat umroh Maret tahun 2011, tiap ketemu
orang Palestina di Mekkah atau Madinah, terlihat sekali mereka sangat
menghormati orang Indonesia. Saya pernah langsung dipeluk orang
Palestina ketika keluar dari Masjidil Haram karena pas kenalan nyebut
berasal dari Indonesia. Cukup aneh. Mereka memperlakukanku sudah seperti
saudara yang lama tak bersua.
Obrol punya obrol, org Palestina itu salut sama muslim Indonesia. Menurut mereka, orang muslim Indonesia kalau bantu Palestina ndak
pake otak, namun pakai hati. Jadi, menurut mereka, bantuan yang
diberikan sudah dianggap banyak dan berdampak. Bukti paling jelas, rumah
sakit-rumah sakit hasil sumbangan masyarakat Indonesia banyak di sana.
Entah skala apa rumah sakitnya, yang jelas berkesan buat mereka.
Makanya tiap ketemu orang Indonesia, ia (orang Palestina tadi) tunjukkan respect
yang luar biasa. Saya hanya bisa merenung waktu itu. Segitu besar dan
berartinya bantuan orang Indonesia bagi orang Palestina? Jawabannya:
iya.
Coba bayangkan, Anda ada di posisi orang
Palestina, yang negara tetangganya resek banget sering kirim bom dan
membunuh anggota keluarga kita. Apa rasanya? Sementara kalau kita di
Indonesia cukup enaklah. Tetangga rumah kita (mungkin) sering kirim kue
saat lebaran. Enak tho?
Coba bayangkan, tetangga kita yang kaya,
digdaya, bangun pagar rumah tinggi-tinggi, seolah jijik melihat kita,
dan menganggap kita seperti “najis”, apa rasanya?
Coba bayangkan, tetangga kita yang
sangat pintar, teknologi senjata nuklirnya keren, dan takkan pernah kita
kalahkan dengan lemparan batu, lalu ia dengan semena-mena tembakkan
1650 bom super canggih ke lingkungan dimana anak kita main bola? Dalih
tetangga Anda itu adalah membela diri. Apa rasanya?
Kalau Anda lihat di youtube.com,
bagaimana kejamnya dampak bom Israel ke Palestina, sungguh hati Anda
akan tersayat melihatnya. Di Palestina, hidup mereka tak tenang. Mereka
harus siap jadi pelari tangguh. Pelari yang siap lari dari kejaran bom
yang jatuh dari helikopter dan pesawat super canggih Israel. Paling
sering kita lihat, foto bapak-bapak menggotong anaknya tersayang, dalam
keadaan berdarah-darah dan tanpa nyawa. Terbujur kaku di pangkuan ayah.
Oh, sesuatu yang aku tak tega melihatnya. Air mata mereka mungkin sudah
kering akibat perilaku beringas Israel.
Kalau saya di posisi itu, akan merasa perih, pedih, geram, marah. Bukan tidak mungkin juga akan muncul dendam kesumat ala Nyi Blorong di dalam hati, turun-temurun ke anak cucu saya kelak. Itu kalau saya berandai-andai.
Kalau kita di Indonesia, tetangga kita
mengganggu kita dengan ucapan saja, kita meradang. Apalagi kalau negara
kita dibom. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar